8.07.2009

Pejual Kue Kucur

.

Sepulang sholat ashar berjamaah dari musholla terdekat, saya pulang seperti biasa, jalan dengan santai, karena saya memang tidak hendak melakukan sesuatu yang mendesak.

Saya lihat beberapa orang mondar-mandir di jalan, anak SD yang pulang sekolah kesorean, pedagang bakso yang tetep semangat memukul potongan bambu kecilnya, ibu-ibu yang mulai merapikan jemurannya, dan teman-temanku yang tak pernah bosan mengajak saya main bola. Semua 'khusyuk' dengan pekerjaannya sendiri-sendiri.

Di jalan depan mushoola, saya lihat anak kecil membawa nampan ditutup plastik. Plastiknya kelihatan berminyak. Dia kelihatan kesusahan membawa barangnya itu. Tapi, saya hanya tersenyum ke wajahnya yang kelihatan lelah.

Setibanya di rumah , saya langsung menemui ibu. Ibu masih masak di dapur, meyiapkan makanan untuk buka nanti, bagi orang rumah yang berpuasa senin kamis hari itu.
Ibu tiba-tiba memberi saya kue kucur, ah rupanya ibuku lupa kalo aku sedang berpuasa. tapi ibu menyuruhku menyimpan kue itu untuk dimakan setelah adzan maghrib nanti. saya tanyakan ke ibu darimana kue kucur itu. Ternyata kue itu didapat ibu dari beli ke anak yang saya lihat di depan musholla tadi....

Ibu bercerita, kalau beliau gak tega dengan anak itu. makanya ibu beli kue kucurnya. Kata ibu, tangan kanan dan kaki kanan anak itu sulit untuk berfungsi dengan baik. Dia membaw nampan kucurnya dengan tangan kiri. Kalau ada orang beli, dia harus cari tempat yang bisa dibuat duduk. Terus dibukanya plastik penutup nampannya (masih dengan tangan kirinya), dan pembeli diharapkan ambil sendiri kue kucurnya. Untuk kembalian uang pun dia tidak bisa 'melayani dengan baik'.

Uangnya ia ambil di saku celana bagian belakang, dengan tangan kiri, terus pembelinya disuruh ambil sendiri uang kembaliannya yang ada di tangan kirinya. Kalau dia berjalan, sangat kelihatan bahwa dia berjalan agak pincang. Karena memang tangan kanan dan kaki kanannya tidak berfungsi dengan baik, mungkin karena polio.

Setelah ditangya oleh ibu, disuruh siapa dia berjualan, dia menjawab bahwa dia disuruh ibunya. dan uangnya untuk bayar SPP.

Yang saya hargai dari anak tadi adalah semangatnya yang tak kenal lelah di sepanjang hari.
Semoga bermanfat

0 comments

Posting Komentar