9.21.2009

Etika Bertamu

.

Artikel tentang Etika Bertamu ini saya kutip dari buku yang berjudul Kayfa Taj'al An-Naas Tuhibbunak (Bagaimana Manjadikan Manusia/Orang2 Mencintai Anda?) karya Ahmad Mahmud Faraj. Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah agar kita bisa menjadi tamu yang baik. Selamat menyimak.
Miring

Apabila kita bertamu, etisnya kita berusaha untuk selalu bersepakat dengan tuan rumah. Setidaknya tuan rumah tahu bahwa kita berada pada pihaknya, seperti dalam hal makan, sebaiknya kita turuti, jangan menolak dengan alasan kenyang. Makanlah, meski sedikit, agar tuan rumah senang.

Selain itu, seorang tamu tak pantas menanyakan hal yang terkait dengan kondisi rumah, kecuali tentang arah kiblat dan tempat buang air. Tamu juga tidak pantas menengok ke arah tempat perempuan, tidak menolak jika dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan, tidak menolak untuk mencucui tangan, dan jika melihat tuan rumah begerak atau hendak melakukan sesuatu, sebaiknya tidak melarang. Sebuah ungkapan berbunyi, "Pemilik rumah berkuasa di rumahnya. Bila ia rela dan hatinya kukuh, tamu tak pantas menolaknya."
Ungkapan lain menyebutkan, "Jangan lukai perasaan saudaramu dengan dudukmu yang melebar. Duduklah dengan sopan, karena kesopanan itu menenangkan jiwa."
Ada juga perkataan, "Tak pantas seorang tamu mengangkat kepala di rumah kami, kecuali saat kita tertawa dan tersenyum."
Sebelum mwnghadiri undangan makan, Ali ibn Abi Thalib akan sedikit makan terlebih dahulu. Kata Ali, "Ketika kita hadir dalam undangan makan, tidak baik menyisakan makanan." Ali juga berkata, "Tidak sopan beranjak dari sebuah perjamuan sebelum hidangannya itu diangkat."

Saya memohon maaf kepada Anda jika hal-hal di atas tidak Anda temukan dalam diri saya secara sempurna ketika saya bertamu ke rumah Anda atau ketika kita sama-sama bertamu ke rumah orang lain. Salam satu jiwa...

0 comments

Posting Komentar