4.26.2010

"Kok yang berangkat sedikit?"

.

Dalam perang Tabuk, catatan sejarah berkisah kepada kita tentang suatu peristwa sebagai berikut, "RasuluLlah berangkat perang, kemudian beliau membiarkan adanya orang yang tetap tinggal di rumah, tidak mau berangkat bersamanya, kemudian orang-orang bertanya kepada beliau, "Ya RasuluLlah, engkau meninggalkan seseorang di sana?" Kemudian beliau menjawab, "Biarkanlah dia, jika memang hal itu baik, maka Allah akan mempertemukan (menyusulkan) kembali orang itu denganmu, namun jika tidak, maka Allah telah membuatmu (santai) teringankan beban darinya.

Di potongan cerita lain, ketika beliau diberi yahu tentang ketertinggalan Abu Dzar, sedang Abu Dzar sebagaimana kia tahu adalah salah satu orang yang pertama masuk Islam, RasuluLlah tetap menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama, sebagaimana dalam sebuah riwayat di muka, "Hingga suatu ketika dikatakan kepada beliau, "Ya RasuluLlah, Abu Dzar tertinggal dan untanya berjalan lambat", kemudian beliau mengatakan, "Biarkan dia, jika memang dalam dirinya terdapat kebaikan, maka dia akan menyusulmu, namun jika tidak demikian, maka Allah akan membuatmu (santai) teringankan beban darinya."

Dua fragmen kisah yang senada di atas, lebih kurang, sering kali kita hadapi maupun kita alami. Entah kita sebagai panglima, atau sebaga prajurit. Seringkali seperti itu. Kader yang ijin ini itu, tertinggal, 'ontanya' lambat, atau mungkin yang masih ada 'masalah', dll. itu semua menjadi 'varian' psikologis kader dalam menanggapi perintah atau seruan.

Di lain sisi, ketika kita sebagai panglima atau pemimpin, kadang kita bingung menyikapinya. Bagaimana menanggapinya. Seperti apa meng'ilajnya. Dan, kita harus berkeputusan sepert apa. Belum lagi, 'musuh' sudah semakin solid dan siap menyergap, momentum tak bisa ditunda, sementara target sudah dicanangkan, tak bisa mundur. Apa yang harus kita lakukan?

Sungguh, sebaik-baik contoh adalah RasuluLlah saw. Allah Rabb semesta alam pun berkata seperti itu. Ketika ikhwah dihadapkan sebuah masalah, sudah selayaknya bagi seorang Ikhwah muslim berusaha untuk memahami dan mencontoh bagaimana RasuluLlah menghadapi masalah yang sama. Sehingga, permasalahan yang kita bicarakan di atas, tentang 'varian' psikologis kader ketika diseru untuk berangkat tadi, bagi Rasulullah merupakan persoalan yang sudah ditentukan.

Karena itu, jika dalam diri seseorang masih tetap ada kebaikan, maka sudah seharusnya dia akan ikut datang bersama, namun jika kebaikan dalam dirinya sudah tidak ada, maka kita tidak seharusnya menyesal atau sedih terhadapnya, karena kata Rasulullah, 'Allah telah membuatmu (santai) teringankan beban darinya.'

Ya, beban, itu kata RasuluLlah al Musthofa. Tidak semua kader itu bisa menggendong, menggendong amanah, menggendong kesulitan, menggendong penderitaan, menggendong dorongan nafsu, dan menggondang segala hal yang menjadi 'batu-batu' dakwah. Tetapi, diantara mereka ada yang harus digendong, sehingga dakwahlah, atau saudara-saudaranya yang tulus lah, yang harus menggendong dia. Menggendong beban. Karena mereka itu (kader yang digendong) adalah beban. Ketika beban itu tinggal di rumah, tertinggal dari rombongan, 'ontanya' lambat, maka yang terjadi sebetulnya bukanlah dakwah semakin lemah, tetapi da'i-da'i yang tulus bahkan (santai) teringankan bebannya. Bahkan, ketika yang tertinggal adalah kader selevel Abu Dzar, yang kita tidak ragu keislamannya,iltizamnya, tarbiyahnya, tadhiyahnya. Sekali lagi, meskipun dia kader level atas sekali pun.

Lalu, bagaimana selanjutnya? Apakah kita serta merta meninggalkannya begitu saja? seperti kita tidak membutuhkan tenaganya sedikitpun? Mari kita lihat RasuluLlah. Ternyata Rasulullah tetap berharap agar Abu Dzar tidak bersama dengan orang-orang yang tidak mau berangkat perang. Kita lanjutkan penggalan kisahnya yang bisa diseksamai di dalam kitab Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam.

Ketika seorang Muslim memberitahukan kepada Rasul (terkait orang yang menyusul di belakang rombongan), "Ya Rasulullah, lelaki itu berjalan sendirian", RasuluLlah berkata, "Mudah-mudahan itu Abu Dzar", dan ketika orang-orang berusaha memastikannya, mereka berkata, "Ya dia, demi Allah, dia Abu Dzar". Lalu semua berebut ingin menjemput Abu Dzar, dam ketika RasuluLlah bertemu dengannya, beliau berkata, "Rahmat Allah semoga terlimpah kepadamu wahai Abu Dzar, berjalan sendirian, mati sendirian, dan bangkit dari alam kubur juga sendirian."

SubhanaLlah, sudaraku Ikhwah muslim yang budiman, indah sekali. Mungkin seperti itulah sebaiknya di hati seorang pemimpin ketika mendapati prajuritnya sedang tidak ikut berangkat dan masih berharap yang menyusul adalah "Mudah-mudahan itu Abu Dzar", "Mudah-mudahan itu akh fulan", "Mudah-mudahan itu ukhtiy fulanah", dll. Bukan malah sebaliknya, mengharap dia untuk segera dievaluasi/dikenakan uqubah (hukuman) setelah peperangan.

Indah sekali, ketika saudara-saudar sesama pejuang, sesama aktifis, ketika melihat salah satu saudaranya menyusul, seperti yang dicontohkan oleh para sahabat di atas, mereka berebut ingin menjemput dengan perasaan bahagia dan senang. Bersalamn, memluk erat, dan tak lupa senyum. Bukan malah sebaliknya, dadanya semakin sempit ketika ikhwah lain bergabung. Na'udzubillah.

Alangkah indahnya, ketika seorang ikhwah Muslim yang sempat tidak kuat imannya dan goncang tekadnya sehingga dia pada awalnya tidak berangkat, dan akhirnya menyusul, dia malah mendapat hadiah terindah dari pemimpinnya berupa doa, "Rahmat Allah semoga terlimpah kepadamu..". Allahu Akbar..

Saya berdoa kepada Allah swt, semoga Allah jalla Jalaaluhu menggolongkan kita sebagai muslim yang betul-betul meneladani RasuluLlah dan para sahabatnya yang mulia, dalam segala situasi, termasuk dalam 'varian' psikologi kader yang banyak kita hadapi.

Saya juga berdoa kepada Allah agar Allah memudahkan langkah dan menganugrahkan keikhlasan kepada kita dalam melaksanakan apa yang diperintah Allah.

Kita saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran, agar kita menjadi orang-orang yang beruntung.

WaLlahu a'lam bish-showab..

Doa kita yang terakhir, Alhamdulillahi robbil 'alamin.

Al Faqir ila Allah

Sam MKH

1 comment

OEN-OEN mengatakan...

aminnn

Posting Komentar